TUGAS GEOGRAFI
KELOMPOK 4
Anggota:
1.
Ainun
Afifah Siswoyo (04)
2.
Dimas
Catur W (10)
3.
Iman
Sri Nugroho (16)
4.
M.
Faishal (22)
5.
Rika
Indriyana (28)
6.
Waris
Awwaliyyah (34)
SMA
NEGERI 2 SEMARANG
-------------------
SEJARAH TERJADINYA BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh
makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi
tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan
seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi
berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau,
lembah, dan sebagainya.
Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa
yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada
porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat
sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan
pasang surut air laut.
Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi
tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Bagaimana Bumi ini terbentuk secara pasti
masih merupakan perdebatan dimana banyak pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli dengan alasan yang berbeda-beda pula. Berikut ini beberapa teori mengenai
pembentukan bumi yang umum dikenal.
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli
telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai
abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya
adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori
Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat
gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula).
Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
Pada
awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi,
mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri
dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah
bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada
waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka
sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari
bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar
ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi
matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas
yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang
lama kelamaan menjadi padat dan di sebut planetisimal. Beberapa planetisimal
yang terbentuk akan saling tarik – menarik bergabung menjadi satu dan pada
akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.
Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli
Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari
kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material
yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang
masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang
yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah
bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada
dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi,
ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya
jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang
yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk
semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan
oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang
luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari
massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi
perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah
menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang
menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan
relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung,
planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips,
sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari
dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi
pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik
kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan
(satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang
dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan
peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan
di atas.
Berdasarkan
Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang
lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar
dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6
milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang
disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus
mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada
tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan
planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur
bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat
jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan
akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima
lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi
Teori Buffon
Teori Buffon ditkemukakan oleh ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa
dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang
menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental ini
menjadi planet.
Teori Weizsaecker
Dimana pada tahun 1940, C.Von
Weizsaecker,
seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas
matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas
ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari
yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya,
sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini akan
menarik unsur – unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya
berevolusi membentuk palnet – planet, termasuk bumi.
Terori Kuiper
Dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya
ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat
piringan adalah protomatahari,
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.
Dalam teorinya, beliau juga memasukkan unsur – unsur ringan, yaitu hidrogen dan
helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas,
sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia
menggumpal menjadi planet – planet.
Teori Whipple
Dikemukakan
oleh
seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata
surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk semacam
piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan
akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke
angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet –
planet.
Secara umum yang paling populer sampai sekarang adalah Teori
Big Bang dan banyak diikuti oleh para ilmuwan walaupun terkadang masih terdapat
beberapa perbedaan.
TEORI PENGUKURAN BUMI
PENGUKURAN
KELILING BUMI
Erathostenes diyakini sebagai orang pertama yang berhasil
menghitung panjang keliling bumi. Hebatnya lagi, hasil yang ia peroleh
benar-benar mendekati dengan hasil perhitungan modern seperti sekarang. Ia
merupakan seorang filsuf dan sekaligus ahli matematika dari Yunani yang hidup
pada 270-190 SM.
Erastosthenes mengembangkan metode pengukuran keliling bumi
seteleh banyak membaca hasil karya para filosof pendahulunya. Suatu saat dia
mengamati bahwa:
Dalam satu tahun sekali pada tanggal tertentu saat matahari
tepat di tas kepala (Summer Solstice) yaitu tanggal 21 Juni semua dasar sumur di Shina, sekarang Aswan di pinggiran
sungai Nil (kota B dalam gambar) terkena cahaya matahari, artinya matahari
benar-benar tegak lurus.
Di tempat lain yaitu di Alexandria (kota A dalam gambar) ,
pada tanggal yang sama justru yang dia lihat tugu-tugu membentuk bayangan
karena sinar matahari. Dari kejadian tersebut Eratosthenes percaya bahwa bumi
berbentuk bulat. Eratosthenes juga beranggapan bahwa kota Alexandria dan dan
Shina berada pada meridian yang sama.
Dengan mengukur sudut bayangan tugu di Alexandria dan
mengukur jarak Syene_Alexandria maka dapat ditentukan berapa besar keliling
bumi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Erathostenes, sudut bayangan
tugu sebesar 7,5 derajat sedangkan jarak antara Syene dan Alexandria adalah
5000 stadia. Stadia adalah satuan
panjang yang biasa digunakan oleh orang yunani kuno, menunjuk pada panjang
arena stadium (tempat diadakannya perlombaan olah raga). Satu stadia kira-kira sama dengan 185 m.
Bagaimana peristiwa tersebut dapat dijadikan dasar untuk
menghitung keliling bumi?
Pertama, jika pada waktu yang sama diperoleh bahwa di suatu
tempat matahari tidak membentuk bayangan dan di tempat lain yang masih satu
garis bujur matahari telah membentuk bayangan dengan sudut tertentu, maka sudut
tersebut merupakan sudut antara kedua kota terhadap pusat bumi.
Kedua, Jika sudut dan jarak antara kedua kota telah
diketahui, maka kita dapat membuat perbandingannya dengan sudut seluruh
permukaan bumi dan keliling bumi.
Erastotenes menganggap bahwa besar sudut antara kota Syene
dan Alexandria (7,12 derajat) adalah kira-kira 1/50 dari sudut seluruh
permukaan bumi (360 derajat). Oleh karena itu, persamaa di atas dapat
diselesaikan untuk mencari keliling bumi, yaitu:
Sebuah angka yang termasuk luar biasa karena hanya berselisih
sedikit (sekitar 15%) dibandingkan menurut perhitungan modern, yaitu:
·
Jarak Alexandria - Shina adalah 729 km bukan 800
km.
·
Jarak Alexandria dan Shina tidak terletak se garis
meridian ( beda langitude 30 )
· Shina tidak terletak di Titik Balik Utara
"Tropic of Cancer ( 23,270 )" namun 55 km lebih ke arah
Utara.
·
Sudut angular kedua kota bukan 7, 120
melainkan 7,50.
Walaupun demikian, apa yang telah dilakukan oleh
Erathostenes merupakan langkah yang sangat spektakuler untuk masa itu, sebab
itu terjadi pada 2200 tahun yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar